A. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Dari arti kata kedua istilah tersebut segera dapat
dikemukakan pengertiannya demikian:
"Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data"
"Cara" menunjuk pada sesuatu yang abstrak,
tidak dapat diwujudkan dalam benda yang kasat mata, tetapi hanya dapat
dipertontonkan penggunaannya. Terdaftar sebagai metode-metode penelitian
adalah: angket (questionnaire), wawancara atau interviu (interview), pengamatan
(observation), ujian atau tes (test), dokumentasi (documentation),
dan lain sebagainya.
2. Instrurnen pengumpulan data adalah alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
"Instrumen penelitian" yang diartikan
sebagai "alat bantu" merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam
benda, misalnya angket (questionnaire), daftar cocok (checklist) atau
pedoman wawancara (interview guide atau interview schedule), lembar
pengamatan atau panduan pengamatan (observation sheet atau observation
schedule) soal tes (yang kadang-kadang hanya disebut dengan "ter"
saja, inventors (invertory), skala (scale), dan lain sebagainya.
Melihat daftar jenis-jenis metode dan daftar
jenis-jenis instrumen tersebut diatas, terdapat istilah-istilah yang sama,
yaitu angket dan tes. Dengan demikian ada metode angket dan instrumen angket.
Demikian juga ada metode tes dan instrumen tes. Memang instrumen angket
digunakan sebagai alat bantu dalam penggunaan metode angket; demikian juga
halnya dengan tes. Namun ada kalanya peneliti memilih metode angket tetapi
menggunakan daftar cocok sebagai instrumen.
Menurut pengertiannya, angket adalah kumpulan dari
pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini
disebut responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis. Daftar
cocok, menunjuk pada namanya, merupakan kumpulan dari pernyataan atau
pertanyaan yang pengisiannya oleh responder dilakukan dengan memberikan tanda
centang atau tanda cocok (ΓΌ) pada tempat-tempat yang sudah disediakan. Jadi
"daftar cocok" sebenarnya merupakan semacam angket juga tetapi cara
pengisiannya dengan memberikan tanda cocok itulah yang menyebabkan ia disebut
demikian.
Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam
menggunakan metode pengumpulan data. Dengan demikian terdapat kaitan antara
metode dengan instrumen pengumpulan data. Pemilihan satu jenis metode
pengumpulan data kadang-kadang dapat memerlukan lebih dari satu jenis
instrumen. Sebaliknya satu jenis instrumen dapat digunakan untuk berbagai macam
metode.
Jika daftar metode dan daftar instrumen tersebut
dipasangkan, akan terlihat kaitan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Pasangan Metode dan Instrumen Pengumpulan
Data
No.
|
Jenis Metode
|
Jenis Instrumen
|
1
|
Angket (questionnaire)
|
Angket (questionnaire)
Daftar cocok (checklist)
Skala (scala), inventori (inventory)
|
2
|
Wawancara (interview)
|
Pedoman wawancara (interview guide)
Daftar cocok (checklist)
|
3
|
Pengamatan/Observasi (Observation)
|
Lembar Pengamatan, panduan pengamatan, panduan
observasi (observation sheet, observation schedule), (checklist).
|
4
|
Ujian/Tes (test)
|
Soal ujian, soal tes atau tes (test), inventori
(inventory).
|
5
|
Dokumentasi
|
Daftar cocok (checklist)
Tabel
|
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa:
- Inventors dapat digunakan sebagai angket (tidak
digunakan untuk mengetahui sesuatu yang sifatnya "ketat" seperti
tes, (misalnya angket minat) tetapil ada yang berkedudukan seperti tes.
- Daftar cocok (checklist) dapat digunakan
dalam berbagai metode, karena nama "daftar cocok" lebih menunjuk
pada cara mengerjakan dan wujud tampiIan instrumen dibandingkan dengan
jenis instrumen sendiri.
Mengenai jenis-jenis instrumen yang disebutkan di
atas, penulis yakin bahwa para pembaca telah mengenalnya. Dalam buku-buku
penelitian sudah banyak diuraikan. Meskipun demikian untuk memperoleh
penjelasan menyeluruh tentang metode dan instrumen pengumpul data ini, dalam
bagian berikut diberikan sekadar gambaran singkat tentang pengertian dan
contoh-contoh instrumen terutama dalam mengenai persamaan dan perbedaannya.
1. Angket
Angket, seperti telah dikemukakan pengertiannya di
atas, merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan
maksud agar orang yang yang diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai
dengan permintaan pengguna. Orang yang diharapkan memberikan respons ini
disebut responden. Menurut cara memberikan respons, angket dibedakan menjadi
dua jenis yaitu: angket terbuka dan angket tertutup.
a. Angket terbuka
adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikan
rupa sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan
keadaannya.
Angket terbuka digunakan apabiia peneliti belum dapat
memperkirakan atau menduga kemungkinan altematif jawaban yang ada pada
responden.
Contoh pertanyaan angket terbuka:
Penataran apa saja yang pernah Anda ikuti yang
menunjang tugas Anda mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan?
Tuliskan apa, di mana, dan berapa lama!
Jawab:
No.
|
Jenis Penataran
|
Tempat Penataran
|
Berapa Hari
|
1.
|
...............................
|
...............................
|
.......................
|
2.
|
...............................
|
...............................
|
.......................
|
3.
|
...............................
|
...............................
|
.......................
|
4.
|
dan seterusnya kira-kira 5-7 nomor
|
Menggali informasi mengenai identitas responden
biasanya dilakukan dengan membuat pertanyaan terbuka. Keuntungan pertanyaan terbuka
terdapat pada dua belah pihak yakni pada responden dan pada peneliti:
(1). Keuntungan pada responden: mereka dapat
mengisi sesuai dengan keinginan atau keadaannya.
(2). Keuntungan pada peneliti: mereka akan
memperoleh data yang bervariasi, bukan hanya yang sudah disajikan karena sudah
diasumsikan demikian.
b. Angket tertutup
adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian
rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (x) pada kolom atau
tempat yang sesuai.
Contoh pertanyaan angket tertutup:
1) pernahkan Anda memperoleh penataran yang
menunjang tugas Anda mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan?
Jawab: .................................. ....a.
Pernah ....b. Tidak
- Jika pernah, penataran tentang apa saja? (dapat
memberikan centang lebih dari satu)
....a. materi bidang studi
....b. metode mengajar/strategi
belajar-mengajar
....c. memilih dan penggunaan
media/alat pelajaran
....d. menyusun alat evaluasi
c. Angket campuran
yaitu gabungan antara angket terbuka dan tertutup.
Contoh pertanyaan angket campuran:
1) Pernahkah Anda memperoleh penataran yang
menunjang tugas Anda mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan? Jika
pernah berapa kali?
....a. Tidak pernah (langsung ke
nomor 3)
....b. Pernah, yaitu ...kali
(teruskan nomor 2)
2) Penataran tentang apa saja yang Anda ikuti
dan berapa hari lamanya?
- Materi
pelajaran
.....hari
- Metode
mengajar
.....hari
- Pemilihan dan penggunaan
media
.....hari
- Penyusunan alat
evaluasi
.....hari
2. Daftar Cocok (Checklist)
Di dalam penjelasan mengenai angket dikemukakan juga
bahwa dalam mengisi angket tertutup responden diberi kemudahan dalam memberikan
jawabannya. Di lain tempat, yakni di dalam penjelasan umum mengenai instrumen
disebutkan bahwa daftar cocok adalah angket yang dalam pengisiannya responden
tinggal memberikan tanda cek (ΓΌ). Dengan keterangan tersebut tampaknya angket
tertutup dapat dikategorikan sebagai checklist. Namur demikian angket
bukan khusus merupakan daftar. Daftar cocok mempunyai pengertian tersendiri.
Daftar cocok bukanlah angket. Daftar cocok mempunyai bentuk yang lebih
sederhana karena dengan daftar cocok peneliti bermaksud meringkas penyajian
pertanyaan Berta mempermudali responden dalam memberikan respondennya. Daftar
cocok memuat beberapa pertanyaan yang bentuk dan jawabannya seragam. Agar
responden tidak diharapkan pada beberapa pertanyaan mengenai berbagai hal
tetapi dalam bentuk membaca, maka disusunlah daftar cocok tersebut sebagai
pengganti.
Contoh:
Berikan tanda silang tepat pada kolom yang menunjukkan
kebiasaan Anda melakukan pekerjaan di rumah yang tertera di bawah ini.
No.
|
Jenis kegiatan di rumah
|
Dikerjakan oleh Anda
|
Dikerjakan bersama
|
Dikerjakan pembantu
|
1.
|
Menyiapkan makan pagi
|
|
|
|
2.
|
Membersihkan rumah
|
|
|
|
3.
|
Mencuci pakaian sendiri
|
|
|
|
4.
|
Mencuci sprei, korden, dan seterusnya.
|
|
|
|
5.
|
Mencuci alat-alat makan ...dan seterusnya
|
|
|
|
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa variasi
jawaban yang harus diberikan oleh responden hanya empat macam yakni:.
"Dikerjakan oleh Anda", “Dikerjakan bersama", dan
"Dikerjakan pembantu". Dengan daftar cocok ini barang kali peneliti
hendak mengungkap seberapa besar tanggung jawab responden terhadap pekerjaan di
dalam rumah tangga. Jika pertanyaan dan alternatif jawaban tersebut disajikan
dalam bentuk angket, alternatif jawaban hanya tiga macam itu akan disebutkan
secara berulang-ulang dengan bentuk dan isi yang sama. Daripada memakan tempat
padahal responden sudah tahu (dan hafal!) apa yang harus dipilih maka
altematif tersebut disingkat dalam bentuk kolom-kolom yang apabila sudah diisi
oleh responden terlihat adanya daftar tanda centang yang disebut daftar
cocok. Istilah "daftar cocok" juga dapat datang dari apa yang
diharapkan dari responden, yakni memberi tanda cocok atau tanda centang pada
daftar pernyataan yang disediakan.
3. Skala (scale)
Skala menunjuk pada sebuah instrumen pengumpul data
yang bentuknya seperti daftar cocok tetapi alternatif yang disediakan merupakan
sesuatu yang berjenjang. Di dalam Encyclophedia of Educational Evaluation disebutkan:
The term scale in the measurement sense, comes from the Latin word
scale, meaning "ladder" or “flight of stairs". Hence, anything
with gradation can be thought of as "scaled".
Contoh:
Peneliti ingin mengungkapkan bagaimana seseorang
mempunyai sesuatu kebiasaan. Alternatif yang diajukan berupa frekuensi orang
tersebut dalam melakukan suatu kegiatan. Gradasi frekuensi dibagi atas:
"Selalu", "Sering",. "Jarang", "Tidak
pernah". Skala yang diberikan kepada responden adalah sebagai berikut:
No.
|
Jenis kegiatan di rumah
|
Selalu
|
Sering
|
Jarang
|
Tidak Pernah
|
1.
|
Bangun sebelum jam 5 pagi
|
|
|
|
|
2.
|
Menyiapkan makan pagi
|
|
|
|
|
3.
|
Membersihkan rumah
|
|
|
|
|
4.
|
Mencuci pakaian sendiri
|
|
|
|
|
5.
|
Mencuci perabot rumah tangga... dan seterusnya
|
|
|
|
|
Skala banyak digunakan untuk mengukur aspek-aspek
kepribadian atau aspek kejiwaan yang lain. Selain skala, penelitian yang
berhubungan dengdn aspek-aspek kejiwaan memerlukan jenis instrumen-instrumen
pengumpul data lain, baik yang berupa tes, inventori untuk hal-hal umum (general
inventories, misalnya Minnesota Multiphasic Personality Inventory - MMPI,
dan inventori untuk aspek-aspek khusus (Specific Inventories seperti: Rokeach
Dogmatism Scala, Fundamental Interpersonal Relations Orientation - Behavior -
FIRO - B, Study of Values, dan lain-lain). Untuk penelitian pendidikan,
walaupun dapat dikatakan tidak terlalu sering menggunakan instrumen-instrumen
seperti disebutkan, tetapi bagi penelitinya perlu juga mengenal ragam alat
pengumpul data aspek-aspek psikologi tersebut.
Problematika pendidikan seperti kerancuan dalam mengikuti
pelajaran, lambatnya siswa menyelesaikan studi serta masalah-masalah yang
berhubungan dengan proses belajar, menjadi topik yang tetap aktual di kalangan
pendidikan sekolah formal. Selain penelitian yang tidak terlalu menyangkut
aspek-aspek kejiwaan secara langsung, masih banyak problem pendidikan yang
terkait dengan aspek kejiwaan tersebut, misalnya rendahnya prestasi disebabkan
rendahnya harga diri siswa. Lemahnya semangat belajar dikarenakan adanya lesu
kreativitas dan seterusnya. Itulah sebabnya dalam bagian ini akan
disajikan pula beberapa contoh instrumen untuk mengungkap aspek-aspek kejiwaan
agar para peneliti pendidikan dapat terperinci menggali penyebab timbulnya
masalah pendidikan melalui aspek kejiwaan siswa dan guru yang terlibat di dalam
kegiatan pendidikan tersebut. Namun demikian untuk dapat menggunakan alat-alat
pengungkap gejala kejiwaan seperti tes, inventori khusus dan lain-lain,
diperlukan suatu kemampuan khusus. Pada umumnya mahasiswa lulusan faktultas
Psikologi dapat diminta untuk membantu melaksanakan pengumpulan data yang
diungkap melalui instrumen-instrumen tersebut.
Skala seperti dicontohkan di atas merupakan skala
bentuk gradasi dari satu jenis kualitas. Dalam contoh di atas, alternatifnya
ada empat sehingga terdapat empat tingkatan kualitas kes eringan. Skala yang
berasal dari ide yang dikemukakan oleh Likert dan dikenal dengan skala Likert
ini biasanya menggunakan lima tingkatan. Tentu saja peneneliti dapat membuat
variabel dengan menyingkat menjadi tiga tingkatan:
Selalu
- Kadang-kadang - Tidak Pernah
Baik
- Cukup
- Jelek
Besar
- Sedang
- Kecil
Jauh
-
Cukup
- Dekat
dan dapat pula memperbesar rentangan menjadi lima tingkatan:
Selalu
- Sering Sekali -
Sering - Jarang - Jarang Sekali
Selalu
- sering sekali -
Sering - Jarang - Tidak Pernah
Baik Sekali -
Baik
- Cukup -
Jelek - Jelek Sekali
Besar Sekali -
Besar
- Cukup -
Kecil - Kecil Sekali
Misalnya:
Sangat setuju
|
Setuju
|
Abstain
|
Tidak Setuju
|
Sangat Tidak Setuju
|
(SS)
|
(S)
|
(A)
|
(TS)
|
(STS)
|
Pemilihan alternatif diserahkan pada keinginan dan
kepentingan peneliti yang menciptaka instrumen tersebut. Ada Jenis lain yang
telah dikembangkan oleh Inkels, bukan menyajikan alternative jenjang kualitas
untuk sesuatu predikat, tetapi jenjang dari kualitas mini suatu perbuatan.
Bentuk skala model. indeks ini menyerupai tes objektif bentuk pilihan ganda,
tetapi alternatifnya menunjuk pada gradasi.
Langkah-Langkah Dalam Menyusun Instrumen
Secara umum penyusunan instrumen pengumpul data
dilakukan dengan penahapan sebagai berikut:
1. Mengadakan identifikasi terhadap
variabel-variabel yang ada di dalam rumusan judul penelitian atau yang tertera
di dalam problematika penelitian.
2. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian
variabel.
3. Mencari indikator setiap sub atau bagian
variabel.
4. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator.
5. Merumuskan setiap deskriptor menjadi
butir-butir instrumen.
6. Melengkapi instrumen dengan (pedoman atau
instruksi) dan kata pengantar.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan, tujuan
tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan
dimiliki siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk mengetahui
tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang
telah dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi
terhadap hasil belajar siswa. Kegunaan evaluasi adalah untuk mengetahui
seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan,
juga dapat mengetahui bagian-bagian mana dari program pengajaran yang masih
lemah dan perlu diperbaiki.
Salah satu cara yang digunakan dalam evaluasi diantaranya dengan menggunakan
teknik pengumpulan data tes, melalui tes kita dapat mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang telah diberikan. Mengingat
pentinganya tes dalam evaluasi maka pemakalah ingin mengambil tema “Teknik
Pengumpulan Data Tes”.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah tes itu?
2. Apa saja bentuk-bentuk tes itu?
3. Apakah kelebihan dan kekurangan
masing-masing tes?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tes
Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno “testum” artinya piring
untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan,
kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok.
Tes juga dapat didefinisikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab
atau pertanyaan yang harus dipilih dengan tujuan untuk mengukur aspek perilaku
tertentu dari orang yang dikenai tes.
Biasanya dalam kegiatan proses belajar mengajar, murid diberikan sejumlah
pertanyaan atau tugas dari guru. Pertanyaan tersebut dapat dalam bentuk
pertanyaan dikelas, tugas pekerjaan rumah (PR), atau bentuk lain yang tujuannya
untuk mendapatkan informasi tertentu, sesuai dengan isi tugas yang ada.
Tindakan yang demikina itu merupakan bentuk-bentuk tes tulis.
B. Bentuk-bentuk Tes
Bentuk tes yang sering dipakai dalam proses belajar mengajar pada hakikatnya
dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu :
1. Tes tertulis (written tes) : suatu tes yang menuntut siswa memberikan
jawaban secara tertulis . Tes tertulis mempunyai 2 macam:
a. Tes obyektif: tes tertulis yang menuntut siswa memilih jawaban yang telah
disediakan atau memberikan jawaban singkat terbatas.
Tes ini dibuat sedemikian rupa, sehingga hasil tes tersebut dapat dinilai
secara obyektif, dinilai oleh siapapun akan menghasilkan nilai yang sama. Tes
objektif jawabannya ringkas dan pendek (short answer test).
Bentuk bentuk tes obyektif ini adalah :
(1) Bentu benar salah (true false)
Contoh : Lingkarilah B bila pertanyaan ini benar, atau S bila pertanyaan
tersebut salah.
B-S Hukum memberi hadiah adalah sunah muakkad.
(2) Bentuk pilihan ganda ( multiple choice)
Contoh : berilah tanda (x) huruf a, b, c, d pada jawaban yang benar!
Wajib megerjakan ibadah haji bagi orang yang…………
a. Tua c. kaya
b. Mampu d. suka
(3) Bentuk menjodohkan (matching)
Contoh : Jodohkan soal bagian A dan B
Bagian A
- Beragama islam
- Berdiri bagi yang kuasa
- Menahan keluarnya hadast Bagian B
- makruh dalam sholat
- Rukun dalam sholat
- syarat dalam sholat
- sunnah dalam sholat
(4) Bentuk melengkapi (completion)/jawaban singkat
Contoh : umrah sering disebut dengan…………….
Presiden RI saat ini ialah………………..
b. Tes Subjektif/Essai : tes tertulis yang meminta siswa memberikan jawaban
berupa uraian atau kalimat yang panjang-panjang. Panjang pendeknya tes essai
adalah relatif, sesuai kemampuan si penjawab tes.
Bentuk-bentuk tes subjektif ini adalah :
(1) Essai bebas, yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab dengan uraian secara
bebas. Sesuai dengan apa yang diketahuinya.
Contoh : Apa yang terjadi apabila pemerintahan suatu negara dipimpin oleh
seorang diktator?
Kelemahan dalam bentuk ini adalah sukar menentukan standar jawaban yang benar sebab
jawaban siswa sifatnya beraneka ragam.
(2) Essai terbatas, yakni yang soalnya menuntut jawaban dalam bentuk uraian
yang telah terarah. Tes uaraian ini lebih mudah memeriksanya, karena dapat
lebih mudah ditetapkan standar jawaban yang benar.
Contoh : Sebutkan ciri-ciri seorang pemimpin yang bersifat diktator?
2. Tes Lisan (oral test) : Tes lisan sangat bermanfaat untuk mengukur aspek
yang terkait dengan kemampuan komunikasi. Tes lisan juga dapat digunakan untuk
menguji siswa baik secara individual ataupun kelompok.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes lisan :
a. Janganlah guru membentak siswa karena siswa itu memberikan jawaban yang
menurut penilaian guru merupakan jawaban yang salah.
b. Jangan pula ada kecenderungan untuk membantu seorang murid yang sedang dites
dengan memberikan kunci-kunci jawaban tertentu karena kita merasa kasihan atau
simpati pada murid itu.
Contoh bentuk tes lisan :
Guru dikelas bertanya pada siswanya :
“sebutkan Rukun-rukun dalam sholat!”
3. Tes Perbuatan : Digunakan untuk mengukur hsil belajar yang menyangkut domain
ketrampilan (skill) atau perilaku (behavior). Tes perbuatan bisa berupa tulis
dan lisan. Tes ini juga dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa,
baik secara individual maupun secara kelompok. Contoh : siswa diminta
memperagakan tata cara pelaksanaan sholat jenazah beserta bacaannya.
C. Kelebihan dan kekurangan masing-masing tes
1. Tes tulis
Tes obyektif Tes Subyektif
1. Dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas
2. Pemeriksaannya cepat dan obyektif
3. Siswa dapat menebak jawaban
4. Dalam
menyusun soal lebih sulit
5. Yang
diukur cenderung aspek kognitif tingkat rendah
6. Tidak menuntut penalaran siswa
7. Tidak membutuhkan pemikiran analistis maupun sistematis 1. Cakupan materi
terbatas atau sempit
2. Pemeriksaan cenderung lama dan subyektif
3. Siswa tidak dapat menebak jawaban
4. Dalam menyusun soal lebih mudah
5. Yang diukur cenderung tingkat kecerdasan kognitif tinggi
6. Menuntut penalaran siswa
7. Dapat melatih siswa berfikir logis, analistis, dan sistematis
Ket : apa
yang menjadi kelebihan dalam tes objektif merupakan kelemahan dalam tes
subjektif dan sebaliknya.
2. Tes lisan
- Kelebihan tes lisan adalah : Bisa mengetahui kemampuan siswa dalam
mengemukakan pendapat secara langsung dan dapat diketahui penguasaan siswa
secara tepat.
- Kelemahan tes lisan adalah : Membutuhkan waktu yang relatif lama, dan
seringkali siswa kurang bebas dalam mengemukakan pendapat.
3. Tes perbuatan
- Kelebihan tes perbuatan yakni : Merupakan alat paling tepat terbentuk atau
tidaknya ketrampilan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tes perbuatan
juga dapat membantu pergantian suasana sehingga kejenuhan dapat dikurangi atau
dihilangakan.
- Kelemahan tes perbuatan yakni : Tidak semua bahan ajaran dapat diungkap dengan
tes perbuatan. Tes perbuatan juga membutuhkan banyak waktu, tenaga, dan biaya
yang cukup banyak.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Tes juga dapat didefinisikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab
atau pertanyaan yang harus dipilih dengan tujuan untuk mengukur aspek perilaku
tertentu dari orang yang dikenai tes
2. Bentuk tes yang sering dipakai dalam proses belajar mengajar pada hakikatnya
dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu :
a. Tes tertulis (written tes) : suatu tes yang menuntut siswa memberikan
jawaban secara tertulis. Tes tertulis mempunyai 2 macam:
(a) Tes obyektif
(b) Tes Subjektif/Essai
b. Tes Lisan (oral test) : Tes lisan sangat bermanfaat untuk mengukur aspek
yang terkait dengan kemampuan komunikasi. Tes lisan juga dapat digunakan untuk
menguji siswa baik secara individual ataupun kelompok.
c. Tes Perbuatan : Digunakan untuk mengukur hasil belajar yang menyangkut
domain ketrampilan (skill) atau perilaku (behavior)
3. Kelebihan dan Kekurangan
a. Tes Tulis
Tes obyektif : Pemeriksaannya cepat dan obyektif, Siswa dapat menebak jawaban
Tes Subyektif : Pemeriksaan cenderung lama dan subyektif Siswa tidak dapat
menebak jawaban
b. Tes lisan
Kelebihan tes lisan adalah : Bisa mengetahui kemampuan siswa dalam mengemukakan
pendapat secara langsung dan dapat diketahui penguasaan siswa secara tepat.
Kelemahan tes lisan adalah : Membutuhkan waktu yang relatif lama, dan
seringkali siswa kurang bebas dalam mengemukakan pendapat
c. Tes Perbuatan
Kelebihan tes perbuatan yakni : Merupakan alat paling tepat terbentuk atau
tidaknya ketrampilan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tes perbuatan
juga dapat membantu pergantian suasana sehingga kejenuhan dapat dikurangi atau
dihilangakan.
Kelemahan tes perbuatan yakni : Tidak semua bahan ajaran dapat diungkap dengan
tes perbuatan. Tes perbuatan juga membutuhkan banyak waktu, tenaga, dan biaya
yang cukup banyak.
Instrumen
dan Teknik Pengumpulan Data
|
Sekarang
saya ingin mengajak semua untuk berbagi tentang masalah instrumen dan teknik
pengumpulan data yang biasa dilakukan dalam pengerjaan penelitian. Beberapa
hal yang berhubungan dengan instrumen dan teknik pengumpulan data diantaranya
adalah:
INSTRUMEN PENELITIAN
Ada dua hal yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, baik itu
penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Dua hal itu adalah: 1) kualitas
instrumen penelitian dan 2) kualitas pengumpulan data.
Adapun yang mempengaruhi pada penelitian kuantitatif adalah: (a) Kualitas
instrumen: berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan (b)
Kualitas pengumpulan data: berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data
Sedangkan yang mempengaruhi pada penelitian kualitatif adalah:
1.
Instrumen penelitian: peneliti itu
sendiri
2.
Instrumen penelitian pada penelitian
kualitatif
Pada
penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah: peneliti itu sendiri
sehingga validasi dilakukan oleh peneliti sendiri dengan memperhatikan
hal-hal diantaranya: a) Pemahaman peneliti terhadap metode penelitian
kualitatif. B) Penguasaan wawasan peneliti terhadap bidang yang diteliti, dan
c) Kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian secara akademik maupun
logistik
Instrumen penelitian pada penelitian kualitatif
1.
Pada penelitian Kualitatif,
permasalahan di awal penelitian belum jelas dan pasti, maka instrumen yang
paling tepat adalah peneliti itu sendiri.
2.
Setelah masalah sudah mulai jelas,
maka dapat dikembangkan sebagai instrumen yang sederhana yang diharapkan
dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang ditemukan melalui
observasi dan wawancara.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data bisa dibedakan dengan beberapa hal, seperti:
1.
Berdasarkan Setting (Setting Alamiah,
Labortorium dengan melalui eksperimen, di rumah dengan mewawancarai
responden, seminar, dan lain-lain)
2.
Berdasarkan sumber data: (Sumber
Primer : Sumber yang langsung memberikan data dan Sumber Sekunder : Sumber
yang tidak langsung memberikan data).
3.
Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data
dibagi lagi menjadi: Observasi, Wawancara, Dokumentasi dan
Triangulasi/Gabungan
Pengumpulan Data dengan Observasi
Macam-macam observasi: (Sanafiah Faisal: 1990)
1.
Observasi Partisipatif, yang terbagi
menjadi: Observasi yang Pasif, Observasi yang Moderat, Observasi yang Aktif,
dan Observasi yang Lengkap.
2.
Observasi Terus Terang dan Tersamar
3.
Observasi tak Terstruktur
Observasi Partisipatif
1.
Peneliti mengamati apa yang
dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipasi dalam
aktivitas yang diteliti (Susan Stainback:1998)
2.
Klasifikasi (Sanafiah Faisal:1990)
3.
Partisipasi Pasif : Peneliti
mengamati tapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.
4.
Partisipasi Moderat :Peneliti ikut
observasi partisipatif pada beberapa beberapa kegiatan saja, tidak semua
kegiatan.
5.
Partisipasi Aktif : Peneliti ikut
melakukan apa yang dilakukan narasumber, tapi belum sepenuhnya lengkap
6.
Partisipasi Lengkap : Peneliti
terlibat sepenuhnya dalam kegiatan narasumber
Observasi Terus Terang atau Tersamar
1.
Peneliti berterus terang kepada narasumber
bahwa ia sedang melakukan penelitian.
2.
Suatu saat peneliti melakukan tidak
berterus terang agar dapat mengetahui informasi yang dirahasiakan narasumber.
Observasi tak Berstruktur
1.
Dilakukan dengan tidak Berstruktur
karena fokus penelitian belum jelas
2.
Apabila masalah sudah jelas, maka
dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi
Manfaat Observasi
1.
Menurut Nasution (1988)
2.
Peneliti akan mampu memahami konteks
data secara menyeluruh.
3.
Peneliti akan memperoleh pengalaman
langsung.
4.
Peneliti dapat melihat hal-hal yang
kurang diamati oleh orang lain.
5.
Peneliti dapat menemukan hal-hal yang
tidak terungkap saat wawancara.
6.
Peneliti dapat mengungkapkan hal-hal
yang ada di luar persepsi responden.
7.
Peneliti dapat memperoleh kesan-kesan
pribadi terhadap obyek yang diteliti.
Obyek observasi
1.
Space :
Ruang dalam aspek fisiknya
2.
Actor :
Orang yang terlibat dalam situasi sosial
3.
Activity :
Seperangkat kegiatan yang dilakukan orang
4.
Object :
Benda-benda yang terdapat di tempat itu
5.
Act :
Perbuatan / Tindakan tertentu
6.
Event :
Rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang-orang
7.
Time :
Urutan Kegiatan
8.
Goal :
Tujuan yang ingin dicapai
9.
Feeling : Emosi yang dirasakan dan
diekspresikan orang-orang
Tahapan Observasi
Observasi Deskriptif :
1.
Peneliti belum menemukan masalah yang
diteliti secara jelas
2.
Peneliti melakukan penjelajahan umum
dengan melakukan deskripsi semua yang dilihat, semua yang didengar, dll.
3.
Observasi Terfokus :
4.
Observasi dipersempit pada aspek
tertentu
5.
Observasi Terseleksi :
6.
Peneliti telah menguraikan fokus yang
ditemukan, sehingga diperoleh data yang lebih rinci, peneliti telah menemukan
karakteristik, perbedaan dan persamaan antar kategori
Pengumpulan Data dengan Wawancara
Pengertian :
Menurut Esterberg (2002) : Wawancara adalah merupakan pertemuan
antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab
sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu
Macam-macam Wawancara
1.
Wawancara Terstruktur
2.
Bila peneliti telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
3.
Peneliti sudah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dan alternatif jawaban.
4.
Wawancara Semi Terstruktur
5.
Dilaksanakan lebih bebas dibandingkan
dengan wawancara terstruktur.
6.
Bertujuan untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka.
7.
Wawancara tak berstruktur
8.
Dilakukan secara bebas, peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara secara sistematis.
9.
Pedoman yang digunakan hanya
garis-garis besar permasalahan.
10.
Peneliti belum mengetahui secara
pasti apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan
Langkah-langkah Wawancara
1.
Menurut Lincoln & Guba, ada 7
langkah :
2.
Menetapkan kepada siapa wawancara
akan dilakukan.
3.
Menyiapkan pokok-pokok masalah yang
akan menjadi bahan pembicaraan.
4.
Mengawali atau membuka wawancara.
5.
Melangsungkan alur wawancara.
6.
Mengonfirmasikan ikhtisar hasil
wawancara dan mengakhirinya.
7.
Menuliskan hasil wawancara.
8.
Identifikasi tindak lanjut hasil
wawancara.
Jenis-jenis Pertanyaan dalam Wawancara
1.
Pertanyaan
yang berkaitan dengan pengalaman.
2.
Pertanyaan
yang berkaitan dengan pendapat.
3.
Pertanyaan
yang berkaitan dengan perasaan.
4.
Pertanyaan
tentang pengetahuan.
5.
Pertanyaan
yang berkenaan dengan indera.
Hal-hal yang Berkenaan dengan Wawancara
1.
Alat-alat
wawancara :
2.
Buku Catatan
3.
Tape Recorder
4.
Camera
5.
Mencatat
Hasil Wawancara
6.
Hasil
wawancara harus dicatat.
7.
Untuk
wawancara yang dilakukan secara. terbuka & tidak berstruktur, peneliti
perlu rangkuman yang lebih sistematis.
Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen
1.
Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental yang lain.
2.
Dokumen yang
dipilih harus memiliki kredibilitas yang tinggi.
Triangulasi
1.
Merupakan
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
2.
Dengan
Triangulasi, peneliti sebenarnya mengumpulkan data sekaligus menguji
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
|